Selasa, 25 November 2008

Kantuk dan Keselamatan Berkendara PDF Print E-mail
Written by Andreas Prasadja
Tuesday, 09 January 2007
Kantuk saat mengendaraKantuk amatlah berbahaya bagi keselamatan berkendara. Bahkan dikatakan bahwa mengendara dengan kantuk lebih berbahaya dibanding berkendara dalam keadaan mabuk. Banyak orang yang dengan penuh kesadaraan tidak mau berkendara setelah mengkonsumsi alkohol, tetapi hampir semua pengendara yang mengantuk masih menganggap dirinya mampu menyetir sampai akhirnya mengalami kecelakaan.

Mengutip Suara Merdeka, terbitan 9 Januari 2006, dikatakan; ”Sebanyak 990 orang tewas akibat kecelakaan lalu lintas di Jawa Tengah selama tahun 2005. Jumlah sesungguhnya diduga jauh lebih besar, karena banyak yang tidak dilaporkan ke kepolisian. Sementara itu, korban luka berat mencapai 472 orang dan luka ringan 919 orang, dengan kerugian materi tercatat Rp 3,8 miliar.

Sungguh jumlah yang luar biasa. Dan jumlah ini diharapkan menjadi perhatian mengingat volume kendaraan yang akan melewati jalur pantura selama masa mudik yang akan datang.

Masih menurut artikel yang sama, dikatakan bahwa penyebab utama kecelakaan salah satunya adalah kelalaian pengendara. Pengendara yang ugal-ugalan dan kurang tertib adalah pemandangan sehari-hari di negeri tercinta ini. Tetapi ada satu faktor lagi yang kurang diperhatikan sebagai penyebab terjadinya kecelakaan, yaitu kantuk.

Kita dapat melihat berbagai spanduk maupun peringatan akan bahaya kantuk bertebaran di sepanjang jalan, tetapi kenapa kecelakaan akibat kantuk masih kerap terjadi? Sebab, pada umumnya para pengendara tidak mengenali tanda-tanda kantuk mulai membahayakan. Semua orang tahu ketika dirinya mengantuk, tetapi tidak banyak yang tahu tingkatan ketika kantuk sudah membahayakan.

Berkendara di waktu malam, apalagi bagi yang tidak terbiasa, adalah yang paling berbahaya. Di waktu seharusnya beristirahat, tubuh dipaksakan untuk beraktivitas. Jam biologis kita akan memberikan dorongan untuk beristirahat. Pada saat inilah kantuk menyerang dan mulai menggerogoti kemampuan kita berkendara.

Bayangkan ketika dalam sebuah perjalanan malam, kita mulai menguap untuk menarik lebih banyak oksigen ke otak, ini adalah tanda awal dari kantuk. Kemudian mata pun mulai terasa berat dan berair. Sampai pada tahap ini kita mulai menyadari kantuk yang datang. Tetapi dengan menambah sedikit kecepatan untuk meningkatkan konsentrasi berkendara, kita terus melaju.

Seiring dengan malam yang semakin larut, kepala mulai terantuk-antuk pertanda serangan tidur mikro menyerang. Tidur mikro adalah periode tidur sekejap yang biasanya tidak kita sadari. Dalam kecepatan berkendara, waktu sekejap saja sudah dapat mengakibatkan kecelakaan yang fatal. Ini dibuktikan oleh sebuah penelitian yang menyatakan bahwa orang yang mengalami tidur mikro sama sekali tidak mengetahui bahwa dirinya tertidur, padahal rekaman video membuktikan sebaliknya.

Setelah diberi tahu orang lain, baru kita tersadar akan kantuk yang semakin berat membebani mata. Untuk membantu otak lebih terjaga kita pun meneguk kopi atau minuman berenergi. Padahal dengan demikian kita memang untuk sementara waktu disegarkan, tetapi kemampuan reflek berkendara tetap menurun. Yang terbaik sebenarnya adalah berhenti sejenak untuk beristirahat selama 15 menit dan selanjutnya meminum kopi atau minuman berenergi sebelum meneruskan perjalanan.

Tanda lanjutan kantuk yang lebih berbahaya adalah ketika kita sudah mencapai suatu jarak tertentu tanpa dapat mengingat jalan, rambu ataupun kejadian yang telah kita lalui selama 10-15 menit yang baru lewat. Apa yang terjadi? Kita telah tertidur dengan mata terbuka! Dalam keadaan tidur tubuh kita masih bisa mengendara secara otomatis, tetapi jika terjadi hal-hal mendadak, kita sama sekali tidak dapat bereaksi. Seorang rekan pernah bercerita; ”Saya tiba-tiba tersadar ketika melihat motor yang mendadak pindah jalur, tapi entah kenapa saya sama sekali tidak menghindar.

Semua tanda-tanda tadi diharapkan menjadi perhatian selama kita berkendara. Tapi ingat, berkendara dengan kantuk di siang hari pun bisa jadi sama berbahayanya. Jumlah tidur malam sebelumnya haruslah cukup dan berkualitas baik. Jika kantuk tetap menyerang di waktu yang tidak semestinya, mungkin Anda menderita gangguan tidur. Gangguan tidur seperti Sindroma Tungkai Gelisah, Narkolepsi dan Obstructive Sleep Apnea (ditandai dengan mendengkur) dapat menyebabkan kualitas tidur buruk yang berakibat pada kantuk dan lelah yang selalu menyerang walaupun di siang hari.Saya harap sedikit pengetahuan tentang tanda-tanda mengantuk ini dapat menambah kewaspadaan kita dalam berkendara.

Tanda-tanda kantuk mulai membahayakan:

  • Kehilangan konsentrasi, sering mengerjapkan mata atau mata terasa berat.
  • Berulang kali menguap dan mengusap-usap mata.
  • Pikiran menerawang.
  • Posisi kepala selalu bersandar.
  • Melenceng dari jalur, dan melanggar marka-marka jalan.
  • Merasa lelah dan mudah emosi.
  • Tidak dapat mengingat apa-apa yang telah dilewati; atau melewatkan beberapa rambu atau lampu merah.
Apakah Anda beresiko? Sebelum berkendara, periksa apakah Anda:
  • Kurang tidur atau lelah (tidur kurang dari 6 jam akan meningkatkan resiko hingga tiga kali lipat.)
  • Menderita insomnia, kualitas tidur yang buruk (mendengkur/OSA), atau menanggung banyak hutang tidur.
  • Mengendara jarak jauh tanpa jeda istirahat yang cukup.
  • Mengendara pada jam-jam tidur (malam hari.)
  • Minum obat-obatan yang membuat kantuk (antihistamin, corticosteroid, antidepresan atau obat flu.)
  • Bekerja lebih dari 60 jam seminggu (meningkatkan resiko hingga 40%.)
  • Mempunyai dua pekerjaan sekaligus dan pekerjaan utamanya adalah pekerjaan dengan shift dinas malam.
  • Minum minuman beralkohol (walaupun hanya sedikit.)
  • Mengendara sendirian atau melewati jalan yang panjang, sepi dan membosankan.

Sebelum mengendara seorang pengemudi sebaiknya:

  • Tidur yang cukup. Pada orang dewasa 7,5-8,5 jam, sedangkan pada remaja atau dewasa muda (18-30 tahun) adalah 8,5-9,25 jam.
  • Untuk perjalanan jauh, usahakan jangan berkendara sendirian. Teman seperjalanan dapat membantu melihat tanda-tanda kantuk dan dapat menggantikan untuk sementara waktu. Penumpang juga sebaiknya terus mengobrol dengan pengendara agar tetap terjaga tanpa mengurangi konsentrasi berkendara.
  • Hindari obat-obatan yang menyebabkan kantuk.
  • Berkonsultasilah pada dokter atau klinik gangguan tidur jika mengalami kantuk berkepanjangan, sulit tidur di malam hari dan/atau tidur mendengkur.